Tegal - Menghadapi perkembangan jaman diera milineal dengan munculnya derasnya informasi global, manusia sudah berevolusi dari berinteraksi langsung menjadi online digital. Guru Seni Budaya mengeluhkan di Era Milenia, hal itu disampaikan oleh Kusnadi, S. Sn. Guru seni budaya SMK YPT KotaTegal dalam rangkaian memperingati HUT Ke-79 Hari Guru Nasional dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Kamis 28 November 2024
Kusnadi, S. Sn. Guru seni budaya SMK YPT Kota Tegal yang sudah mengajar semenjak tahun 2007 hingga tahun 2024 mengungkapkan Perkembangan teknologi digital dengan penawaran berbagai macam aplikasi digital mulai transaksi, permainan atau game, media sosial, hingga gaya hidup masyarakat yang serba digital sejalan dengan perkembangan AI (Artificial Intelligence) Alat telekomunikasi yang canggih dengan smart phone mengubah segalanya.
Budaya tutur, mendongeng, guyonan, hingga dolanan anak tidak lagi kita jumpai, bapalagi di kota besar , daerah terisolir saja jarang kita jumpai sekelompok anak yang berkumpul menjadi komunitas bermain sudah jarang sekali kita jumpai, yang ada kelompok kelompok anak yang berkumpul tanpa bicara , sunyi dan hanya fokus pada handphone masing masing untuk Main bersama online bermain gime tanpa ekspresi kegembiraan anak yang penuh kenaifan dan kepolosan.Anak sekarang terjerat seperti zombi yang duduk diam didepan hpnya.
Permainan atau dolanan anak seperti gatik, gopaksidor, petakumpet, jaranan, congklak dll. Yang sebetulnya salah satu media pembelajaran yang ampuh untuk meningkatkan perkembangan karakter, psikologi, psikomotorik, numerasi, literasi yang digadang gadang oleh konseptor kurikulum Kementrian Pendidikan pupus sebab derasnya perkembangan global yang menggerusnya." Ungkapnya.
Guru seni budaya menambahkan banyak program dari pemerintah untuk pelestarian dolanan anak seperti dinas pariwisata, dinas pendidikan, Dinas Kebudayaan, Dinas Ekonomi Kreatif bahkan sampai program jangka pendek dan panjang dengan mengadakan festival, lomba dari tingkat daerah sampai pusat yang hanya menjadi proyek tahunan.
Proyek yang hanya dinikmati komunitas kecil para budayawan dan seniman. Wacana berkembang tanpa arah dan dan tujuan karena lemahnya teknik pelaksanaan dan struktur penunjang yang belum siap.
Sanggar sanggar seni anak sebagai akar dan tompak depan dimasyarakat makin banyak yang mati suri tanpa pengawasan dan pendampingan dari dinasbterkait. ini yang menjadikan makin parahnya kondisi kelangkaan dolanan anak.
Langkah langkah yang seharusnya dilakukan yaitu menurut kami adanya integrasi antara pelaku utama yaitu pemerhati budaya, pelestari budaya, budayawan , seniman, tokoh masyarakat, dinas terkait seyogyanya tidak lagi saling menyahkan, berjalan bersama sama , membuat program bersama sama demi terciptanya kelestarian.
Manfaat yang pasti akan didapat dari lestarinya budaya dolanan tradisinal sangat luas diantaranya berkembangnya budaya kreatif, kuatnya karakter bangsa, interaksi sosial yang sehat dan berkelanjutan.
Meningkatnya peenuhan kebutuhan fisik dan psikis kuatnya jiwa yang berkarakter.dan masih banyak manfaat dan tujuan yang dicapai dimasa sekarang dan masa depan untuk menyambut masa Indonesia emas. Kalu bukan kita yang mewariskan budaya dolanan terus siapa lagi sebab orang yang tahu dan paham tentang dolanan anak adalah pelaku itu sendiri yang mungkin diera 90an sebagai anak yang sekarang sudah berusia 40 tahunan keatas. Perkenalkan dolanan itu sejak usia dini mulai dari sekarang oleh siapa saja yang masih cinta budaya sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi. Pungkasnya. (Zaenal)